Selasa, 12 Oktober 2010

Sinyal Digital

“Sinyal” berasal dari bahasa Latin yaitu signum1 yang dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai “mark” atau “sign”. Dalam bahasa Indonesia, “mark” atau “sign” dapat diterjemahkan sebagai “tanda”. Dalam bidang elektronika, sinyal dapat diartikan sebagai informasi yang dikirimkan atau di transmisikan dengan arus yang termodulasi atau dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan diterima melalui telepon, telegraf, radio atau radar. Sedangkan  “digital” berasal dari bahasa Latin digitalis yang memiliki kata dasar digitus2. Arti kata digitus dalam bahasa Inggris adalah “finger” atau “toe”, yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai “jari tangan” atau “jari kaki”. Secara kontekstual, kata digital sendiri dapat diartikan sebagai menggambarkan suara atau gelombang cahaya dalam bentuk angka : penggambaran suatu nilai fisis secara variatif suatu gelombang suara maupun gelombang cahaya, dengan mengambil bentuk sebuah sinyal diskret yang diterjemahkan dalam bentuk angka (biasanya dalam bilangan biner), seperti yang terjadi pada proses perekaman digital atau dalam televisi digital. Bila kedua definisi digabungkan, maka sinyal digital itu sendiri adalah tanda yang dibentuk dari suatu gelombang (baik gelombang cahaya maupun gelombang suara), yang direpresentasikan dalam bentuk angka biner (angka 0 dan 1)

Dalam proses digitasi sinyal, terdapat proses yang disebut Analog to Digital Conversion (Konversi Analog ke Digital). Terdapat tiga proses utama dalam proses konversi ini, antara lain : (1) Sampling , (2) Quantizing dan (3) Encoding.

Pada proses sampling, suatu gelombang cahaya atau suara yang masuk melalui perangkat input (contoh : kamera digital dan mikrofon) dicuplik setiap interval waktu tertentu. Penentuan besar interval waktu ini bergantung dari kebutuhan untuk proses sampling itu sendiri. Secara matematis, proses sampling ini dapat dirumuskan sebagai  dengan T adalah periode sampling. Tiap sinyal yang disampling akan memiliki sebuah nilai tertentu untuk setiap kelipatan waktu tertentu. Sinyal hasil sampling tidak akan berbentuk sinyal kontinyu lagi, melainkan berbentuk sinyal diskret. Sinyal kontinyu adalah sinyal yang memiliki nilai di setiap waktu, sedangkan sinyal diskret adalah sinyal yang hanya memiliki nilai di setiap interval waktu tertentu. Pada proses sampling, semakin ketat interval samplingnya, maka kualitas yang dihasilkan akan lebih bagus, karena akan menyerupai gelombang aslinya.

Setelah suatu gelombang mengalami proses sampling, maka proses yang dialami gelombang ini adalah proses quantizing (Ind. kuantisasi). Dalam kuantisasi, sinyal diskret hasil sampling dibulatkan menuju nilai tertentu. Contoh : Ketika sinyal x[3] memiliki nilai 3.1412…, maka dalam proses kuantisasi ini, nilai tersebut akan dibulatkan menuju nilai tertentu yang bisa lebih besar atau lebih kecil dari nilai sinyal tersampel tersebut.
Proses terakhir dari pengolahan sinyal digital adalah dengan mengkonversi nilai-nilai sinyal yang terkonversi tersebut menjadi suatu rangkaian bit. Proses ini dinamakan encoding. Kebalikan dari proses encoding adalah proses decoding. Proses ini mengubah rangkaian bit yang diterima menjadi sinyal diskret, dan selanjutnya di susun menjadi sinyal aslinya.


 by Vincent E. Pradhana (2208100076)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar